Wednesday, February 10, 2010

Polisi...Oh...Polisi

Polisi...sesosok penegak hukum yang disegani masyarakat. Tapi bagaimanakah dengan sosok polisi yang satu ini (kebetulan saya temui di jalan; nama, lokasi, tanggal dirahasiakan untuk menjaga privasi orang tersebut dan berharap dia akan berubah. gw dah maafin ko kelakuannya)

Siang itu, gw sedang asyik mengendarai mobil untuk menjemput kekasih tercinta (sebut saja si cantik-red). Si Cantik adalah seorang mahasiswa kedokteran yang baru saja memulai kegiatan co-assnya di tahun ajaran baru ini di salah satu Rumah Sakit besar di Bandung. Jadwal yang belum pasti kapan dia pulang mengakibatkan gue mengalami tragedi ini :

Jarak antara rumah sakit dan rumah gw terhitung cukup jauh karena harus menggunakan tol dan butuh waktu kurang lebih 30 menit klo ga macet dan 45 menit klo macet (jauh ya?). Kondisi headunit mobil yang disertai dengan installer dari usb tidak membuat saya bosan dalam perjalanan jauh dan menyetir. Akan tetapi, kondisi saat itu berkata lain, gue lupa bawa usb yang udah dimasukin lagu-lagu baru dan celakanya lagi, radio frekuensinya berantakan lagi karena accu mobil baru aja kita bongkar untuk dicharge. Untunglah saat itu gw bawa iPod yang dilengkapi dengan Headphone (yang dicolong dari kaka) besar dengan fitur bass dan sound quality, sehingga sepanjang perjalanan dari rumah sampe TKP (kita sebut saja begitu karena setelah kejadian gw ga mau make lagi-red) gw nyetir sambil dengerin lagu.

Di tengah-tengah perjalanan keluar tol, tepatnya di lampu merah yang berjarak beberapa gelinding dari pintu tol, si Cantik meSMS gw. Berhubung sudah lampu merah, toh ga ada salahnya kan kita baca, siapa tahu penting (ngarep-red). Belum selesai gw baca tu SMS, tiba-tiba kaca saya diketuk oleh Pak Polisi yang sedang bekerja. "Permisi, Dik, bisa pinggirin mobilnya sebentar di depan, temen saya mau menanyakan beberapa hal.", kata Pak Polisi 1 (biar ga bingug-red). "Oke, pak", dengan senyum sambil meminggirkan mobil di depan setelah lampu hijau (perlu dicatat, lampu hijaunya tu masih lama lho).

Pak Polisi 2 : "Dik, tau ga kesalahannya apa?"
Gw  : "Aduh, kurang tau ya, Pak, kirain diberhentiin mau kasih hadiah." (senyum) :)
Pak Polisi 2 : "Memangnya Adik ga tau ya? Di Jakarta aja kan udah ga boleh maen HP saat mengendarai 
                      mobil! Ga baca apa di Koran??"
Gw : "Hehehe...saya sih biasanya di korang cuma baca kolom acara TV ma komik-komik aja Pak"
        "Kan saya juga tinggalnya di Bandung bukan di Jakarta" (berusaha mencairkan suasana)
        "Saksinya siapa, Pak, saya pake HP di Mobil?"
Pak Polisi 2 : "Udah, adik mau pengadilan atau jalan damai? Klo mau damai 100 ribu lepas gih."
                     (wuih, ni polisi meras namanya)
Gw : "Lah, ko bayar, Pak? Bukannya ga boleh nyogok ya?"

Pak Polisi 2 cuma geleng-geleng kepala (bingung kali ya nanggepin pemuda tanggung macam gini), terus manggil temennya si Pak Polisi 1 sambil teriak-teriak (mukanya dah merah lho)

Pak Polisi 2 : "Bener ga, polisi 1, kamu liat anak ini maen-maen HP di Mobil?"
Pak Polisi 1 : "Bener banget tu, Pak, pas saya ketok juga dia lama nanggepinnya" (maklum pake Headphone)
Gw (tiba-tiba nimbrung) : "Ih, Bapa nuduh, orang saya pake BB ko bukan HP. Masa dituduh???"

Polisi 1 dan 2 kaget pas gw ngomong gitu, mereka berdua kayanya amarah dah di puncak nih, hahahahahaha....

Pak Polisi 2 : "Adik ini udah salah berani banget lagi ma polisi!!! Ga takut apa kamu saya tahan?"
Gw : "Takut sih relatif, Pak." "Lagian kenapa juga saya musti takut?"
Pak Polisi 1 : "Kamu tau ga, kita bisa aja nih nyita mobil kamu terus masukin kamu ke penjara."
                     "Masih berani kamu sama kita?"
Gw : "Eh, ko Bapa malah ngancem sih? Emang saya salah apa mau dimasukin penjara?Pake HP di mobil?"
Pak Polisi 1 : "Kita ini berkuasa, Dik, jangan macem-macem ya...Jangan ampe kamu nyesel ya urusan ma 
                      kita!Kita ini polisi, TAU??!!!"
Gw : "Pak, yang saya mau tau ko malah ngancem sih? Bukannya bicara baek-baek? Daritadi ngajak 
         ngomong ko ga ada nyapa malah langsung intrograsi? katanya melayani rakyat, Pak"
Pak Polisi 2 : "Kita ini melayani rakyat yang baek, bukan kaya Ade (berubah panggilannya)...TAU???!!!"
                     "Awas ya, berani macem-macem lagi saya langsung tahan Ade, Kamu ikut saya ke kantor 
                      polisi!! Biar tau rasa urusan sama polisi"
Gw : "Aduuh, Pak, daritadi 'saya polisi', 'saya polisi', ko gunain jabatan buat meras sih? minta 100 ribu lagi"
Pak Polisi 1 : "Udah deh, Ade mau lepas ga? bayar aja, gampang kan daripada masuk penjara?"
Gw : "Udah deh, Pak, penjarain aja...saya mah ga takut, besok juga udah bebas."

Pak polisi 1 dan 2 saling menatap kaget, bingung mereka dengan kata-kata gw.

Pak Polisi 2 : "Maksud, Ade apa?"
Gw : "Iya, bawa aja deh ke pengadilan, menang ko saya pasti...orang kata-kata Bapak udah saya rekam 
         semua ko di voice recorder saya, gampang kan? (Kena tipu mereka, padahal ga gw rekam)
          Bukti Bapak berdua mau meras saya pake jabatan"
        "Lagian ga bawa ini juga ga apa-apa ko...ayah saya kan Jendral di Angkatan udara di Halim. Ni bukti 
          stikernya.", gw sambil nunjukin ke tu polisi berdua. (untungnya stiker itu cuma buat orang dalem)

Sejujurnya gw pengen dibawa ke pengadilan sih, biar ngasih pelajaran orang yang seenaknya gunain nama polisi buat memeras rakyat. Hukum kan harus ditegakkan, betul? tapi berhubung gw kasian takut si Cantik ga ada yang jemput akhirnya ambil jalan damai aja deh. :)

Pak Polisi 1 : "Ya udah, Dik (panggilannya balik lagi), kita jalan damai aja ya, Adik punya berapa?"
Gw : "10 ribu, bapa berdua mau kagak?" (sialnya gw cuma mau kasih 5 ribu tapi ga ada uang kecil di 
          dompet)
Pak Polisi 2 (mukanya udah rada pucat) : "Ambil deh, Dik, silahkan jalan lagi." (sambil ngasih tanda)
Gw : "Ya udah ya, Pak, tolong deh jangan gunain nama Polisi buat memeras uang, kan citranya jadi buruk."
         "Katanya pengen citra polisi baik di masyarakat, jangan dirusak ma beberapa orang donk."
Pak Polisi 1 & 2 : "Baik, maaf ya, Dik."

Setelah itu gw pun nyalain mobil en ngelanjutin deh perjalan gw jemput si Cantik. Sesungguhnya itu pengalaman yang ga hanya gw alami 1 kali (bisa diliat dari cara gw tenang nanggepinnya), gw dah ngalamin itu hampir dua puluh kali semenjak tinggal di Bandung. Gw berharap jika ada yang baca blog ini dan juga seorang polisi, tolong ingat pesan gw :

"Polisi adalah penegak hukum, di mata masyarakat merupakan pelindung dan pemberi keamanan yang bisa dipercaya; Tolong siapa pun itu jangan gunain nama polisi untuk memeras kami (rakyat-red), karena hal itu hanya akan merusak citra dan nama baik polisi di mata kami. Polisi dan Masyarakat adalah komponen yang sama-sama saling melengkapi untuk menciptakan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang"

Terima Kasih, silahkan tinggalkan comment anda semua :)


INDIGO CHILD


Anak indigo atau yang sering dikatakan sebagai anak yang memiliki talenta pada indera keenamnya dan dianggap sebagai anak spesial yang memiliki kekuatan tersembunyi sebenarnya tidak dapat disamakan dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan harus disekolahkan di lingkungan tertentu. Mereka sebenarnya sama dengan anak-anak biasa (atau kita sebut normal) dan dapat disekolahkan dilingkungan umum dengan catatan Orang tua dan Guru dapat bekerja sama dalam membantu menghadapi "kemampuannya".
Akan tetapi, sungguh disayangkan bahwa kebanyakan anak-anak indigo disembunyikan oleh orang tuanya agar tidak diketahui orang. Umumnya anak-anak ini dianggap memiliki "sesuatu" yang berlebihan oleh orang tuanya dan ditekan agar anak tersebut "menghilangkan" kebiasaannya. Begitu juga dengan guru di sekolahnya. Guru pun tidak boleh langsung memutuskan bahwa anak yang memiliki suatu "kelainan" atau "keistimewaan" adalah anak-anak Indigo. Mereka harus bisa mendekatkan diri dengan anak tersebut dan mencari tahu apakah benar anak tersebut memiliki "keistimewaan" untuk masuk ke dalam kriteria anak Indigo ataukah karena ada masalah yang dialami pada lingkungan hidup sang anak (misalnya perlakuan keluarganya atau temannya), karena tidak jarang anak-anak kecil zaman sekarang memiliki gangguan mental dan jiwa akibat lingkungan hidupnya yang keras. Hal-hal di ataslah yang mendasari terjadinya "fenomena gunung es" pada kasus anak-anak indigo.

Sifat-sifat anak Indigo berbeda dari anak-anak lain
Sifat anak Indigo bukanlah suatu GEJALA penyakit, oleh karena itu tidak tercantum dalam WHO maupun badan kesehatan lainnya. Keadaan Indigo bukanlah SAKIT, sehingga tidak ada yang dinamakan DASAR DIAGNOSA dan TERAPI untuk anak-anak ini. Bahkan dalam keadaan sehat dan sakit, mereka sama dengan anak-anak non-indigo. Cara menolongnya adalah dengan pembinaan kepada dirinya, orang tuanya dan lingkungan sekitarnya terutama yang belum mengetahui anak-anak indigo.

Sifat Umum Yang Dimiliki Anak-anak Indigo
  1. Cerdas (High average)
  2. Dapat melakukan sesuatu yang belum pernah diajarkan (Serendepity)
  3. Pembicaraan dan pemikirannya jauh melampaui anak sebayanya (seringkali dianggap aneh oleh rekan sebayanya)
  4. Dapat "membaca" perasaan, kemauan dan pemikiran orang lain
  5. Dapat merasakan keberadaan makhluk halus
  6. Dapat mengetahui suatu kejadian yang akan datang (umumnya lewat mimpi), termasuk tentang dirinya
  7. Lebih tertarik pada hal yang berkaitan dengan alam dan kemanusiaan, dan
  8. Kebanyakan diperkirakan lahir serempak pada tahun 2000 yang disebut sebagai The Aquarian Age atau The New Age

Hal utama yang perlu dipikirkan dalam pembinaan anak indigo adalah
  • Hadapi dengan jujur dan jangan direkayasa atau disembunyikan
  • Gunakan pendekatan secara benar dan menyeluruh agar tercapai apa yang diinginkan
  • Hargai dan kembangkan "sesuatu" yang dimilki mereka, dan
  • Beri pemahaman diri tentang siapa dan bagaimana mereka serta cara untuk menghadapi masalah mereka bila ditemukan suatu kendala dalam kehidupannya.
Hal Yang Ingin Saya Kemukanan Dalam Tulisan ini :
"Janganlah kamu menjauhi manusia lain hanya karena mereka berbeda atau memiliki 'sesuatu' yang lain. Akan lebih baik bila kita membantunya mengembangkan hal tersebut agar dapat berguna bagi bangsa dan kemanusiaan"